Buruh Migran Di Hong Kong Rayakan IWD dengan Teater

Buruh migran belajar berjuang dengan teater kontekstual.

Buruh migran berjuang dengan teater, Foto: Rani Suwito, KOBUMI

KOBUMI - Theater KOTEMA menceritakan 2 anak kecil bercita-cita ingin menjadi BMI dan sang ibu memberikan wejangan-wejangan. Dengan tingkah lucu dan kocak serta mengangkat isu-isu umum permasalahn BMI. Pesannya mudah dicerna oleh para penonton yang memeriahkan Hari Perempuan internasional (IWD).

Kaum perempuan harus bejuang dengan cara mengorganisasikan diri ke dalam organisasi-organisasi rakyat, rajin belajar dan membaca, terlibat aktif dalam perjuangan rakyat, serta meningkatkan solidaritas diantara rakyat.

Aku ingin menjadi BMI supaya bisa membantu negaraku, itu cita-citaku mak. Dialog dalam teater yang mengungkap fakta.

Di saat bangsa dan media kita lebih banyak fokus pada infotainmen gosip yang tidak penting, sebenarnya ada hal lebih penting yang harus diperhatikan menyangkut nasib bangsa ini.

Seni Teater harus membangun kepekaan bangsa agar ambil bagian karena permasalahan BMI harus dibicarakan dan diselesaikan.

Ketika pentas teater berlangsung, banyak orang tertawa, terharu, dan ada pula yang tersenyum kecut karena menyentil sebuah perilaku. Kritik tajam terhadap kehidupan yang dijalani BMI lewat sebuah lakon pementasan teater awalnya adalah cara alternatif berlawan dari media ini. Menjawab kebuntuan komunikasi dimana teater atau seni drama adalah bagian dari proses perlawanan, proses belajar kritis.

Kami menyadari bahwa pesan yang baik tanpa pengomunikasian yang menarik akan membosankan. Tuntutan dasar–dasar seni teater, olah vokal, olah tubuh, mencipta komposisi, ekspresi visual, improvisasi sampai pada analisis sosial ke lokasi sekitar untuk pembuatan suatu naskah terus kami gumuli. Dalam seni teater, setiap pemain dituntut untuk menjiwai dan memerankan karakter dan laku tokoh–tokohnya dengan baik. Usaha untuk mencapai hal tersebut biasanya membutuhkan latihan yang serius. Bagi mereka yang baru mengenal latihan dasar teater akan terkesan "aneh", "lucu". Loh ... latihannya kok seperti "orang gila", demikian celetuk yang muncul.

Mempelajari seni teater yang terpenting bukan saja keinginan pemain menjadi seorang aktor sinetron besar, tetapi melatih pengorganisasian. Membentuk sikap kerja sama dan kesetiakawanan dengan melibatkan diri kita dalam seluruh proses kelompok melalui kerja kolektif, interaksi, memberi, dan menerima kritik.

Dengan teater kita berkesempatan untuk menggali potensi diri di tempat kerja. Lewat teater merupakan proses pembebasan diri dari sebuah sistem yang mengungkung dan menindas. Untuk mengobati penderitaan kita akan rasa jenuh, suntuk, dan tak bergairah. Ibaratnya, men-charge kembali batu baterai.

Penerapan pendekatan kontekstual dalam teater kontekstual (kekinian) yaitu proses belajar menjadi pribadi orang lain untuk memperagakan sifat dan karakter orang lain dan itu sangat sulit jika kita tidak belajar bagaimana menempatkan diri menjadi pribadi orang lain. Dengan pendekatan inilah teater dapat membekali BMI dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari suatu permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain dan dari satu konteks ke konteks yang lain.

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan BMI untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di tempat kerja maupun di lingkungan. Selain itu, lewat teater yang kontekstual BMI berlatih memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah yang memang ada dalam dunia nyata.

Tidak ada batasan antara panggung dan penonton bahkan penonton dilibatkan dalam pementasan teater. Inilh proses dialogis dalam pementasan teater yang kontektual. Sampai jumpa di pentas berikutnya. Terimakasih teater Kotema atas pelajarannya.