Hapuskan jam kerja panjang bagi PRT
KOBUMI - Delapan jam kerja dipercaya secara umum sebagai jam kerja paling optimal dan biasa, lalu apakah hal itu benar dan darimana sebenarnya asal mula peraturan 8 jam kerja ini? Ternyata ada banyak alasan mengapa kita harus memikirkan dan mempertimbangkan kembali kebiasaan dari 8 jam kerja ini.
Di abad ke-18, saat banyak perusahaan berusaha mengoptimalkan hasil kinerja pabrik mereka. Kunci untuk mengoptimalkan hasil kinerja pabrik itu tentunya adalah membiarkan mereka berjalan tiada henti atau 24/7 (24 jam selama 7 hari). Lalu untuk memelihara kinerja dari pabrik itu sendiri, para pekerja harus bekerja lebih lama yaitu sekitar 10-16 jam per hari dan hal itu justru dianggap normal.
Jam kerja yang sangat lama ini membuat banyak orang merasa tertekan dan berada di titik terakhir kelelahan mereka, hingga munculnya 1 orang pemberani bernama Robert Owen. Ia memulai sebuah kampanye yang meminta semua pekerja untuk tidak bekerja lebih dari 8 jam per hari. Slogannya adalah "8 jam kerja, 8 jam rekreasi, 8 jam istirahat."
Peraturan 8 jam kerja berlangsung hingga abad ke-19 hingga Robert Owen, seorang bangsawan Inggris menyarankan bahwa dalam sehari waktu dibagi menjadi tiga bagian yaitu jam kerja, jam istirahat dan jam rekreasi. Kemudian muncul slogan “Delapan Jam Kerja”. Namun hal ini tidak langsung mendapat tanggapan serius sampai terjadi demo buruh dengan tuntutan pengurangan jam kerja bagi buruh pabrik. Jam kerja kemudian dikurangi khusus perempuan dan anak-anak menjadi 10 jam per hari.
Gagasan 8 jam kerja muncul kembali pada 1884 oleh Tom mann, anggota Federasi Sosial Demokrat, dengan membentuk “Eight Hour League”. Tuntutan terus berdatangan dari kelas pekerja di Amerika Serikat hingga pada tanggal 1 Mei 1886 ditetapkan hari pertama jam kerja menjadi 8 jam kerja sehari.
Di 1914, lama setelah dimulainya kampanye oleh Robert Owen, perusahaan Ford Motor tepatnya Henry Ford membuat sebuah kebijakan yang berbeda dari para pesaingnya. Ia memotong jam kerja dari yang tadinya 9 jam menjadi 8 jam kerja dalam 5 hari kerja, serta ia juga membayar gaji para pekerja dua kali lipat sebagai proses kebijakan tersebut.
Hal ini menjadi kejutan bagi dunia industri, namun Ford Motor dapat membuktikan bahwa hal itu ternyata sangatlah efektif. Hanya dalam 2 tahun, keuntungan mereka meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu mebuat perusahaan-perusahaan ternama lainnya juga mengimplementasikan 8 jam kerja ini.
Mengapa PRT Migran atau Buruh Migran Harus Bekerja Dengan Sistem 8 Jam Kerja Ini?
Tony Schwartz, selaku CEO dari Energy Project, yaki sebuah perusahaan konsultasi yang memiliki tujuan mencapai optimalitas kerja yang maksimal, mengatakan bahwa berapa lama kita bekerja setiap hari sebenarnya tidaklah penting dalam ekonomi sekarang ini. Ia mengatakan bahwa hal itu lebih terkait ke penggunaan energi seseorang.
Ia menjelaskan bahwa manusia itu berbeda dari robot, jika robot dapat beraktivitas secara linear dan konstan maka manusia berbeda. Mereka beraktivitas dalam sebuah kondisi yang berbeda-beda setiap harinya, namun pada umumnya pikiran manusia dapat berfokus ke sebuah pekerjaan selama 90-120 menit. Sesudahnya, maka 20-30 menit istirahat dibutuhkan untuk mencapai kinerja tertinggi berikutnya.
Jadi daripada berpikir apa yang dapat kita capai dalam 8 jam kerja setiap hari, maka lebih baik berpikir apa yang dapat kita capai dalam 90 menit kerja dan membagi pekerjaan kita menjadi beberapa aktivitas yang terdiri dari 90 menit lamanya.
Di samping alasan di atas, ada beberapa hal lain mengapa kita harus mempertimbangkan 8 jam kerja dalam 5 hari. Salah satu hal yang harus menjadi pertimbangan adalah berapa lama kita ada di jalan. Dalam 10 Kegiatan Yang Paling Menghabiskan Waktu, kita telah membicarakan bagaimana berada di jalan merupakan salah satu kegiatan yang paling menghabiskan waktu.
Berbeda dari zaman dulu saat Robert Owen mengusulkan hal ini, waktu seseorang dari rumah ke tempat kerjanya sudah berbeda sekali sekarang ini. Berbagai macam riset menunjukka bahwa pekerja yang menggunakan waktu lebih sedikit untuk mencapai tempat kerjanya terbukti lebih bahagia dan produktif. Inipun dapat menjadi pertimbangan bahwa seseorang bisa saja sebenarnya bekerja lebih dari 8 jam, jika ia membutuhkan waktu 1 jam untuk ke tempat kerjanya maka untuk pulang pergi ke tempat kerja ia sudah menghabiskan total waktu 10 jam untuk bekerja.
Inilah sebabnya mengapa ada beberapa perusahaan yang mengajukan waktu kerja hanya 4 hari kerja, namun dengan lama 10 jam. Tentu perubahan jam kerja tidaklah terbatas kepada satu contoh ini saja, ada banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan sebelum sebuah perusahaan dapat merubah jam kerjanya, seperti kesibukan pekerja, lamanya pekerja di jalan, dan yang terpenting adalah memanfaatkan 90 menit kerja seperti yang dikatakan Tony Schwartz.
Di abad ke-18, saat banyak perusahaan berusaha mengoptimalkan hasil kinerja pabrik mereka. Kunci untuk mengoptimalkan hasil kinerja pabrik itu tentunya adalah membiarkan mereka berjalan tiada henti atau 24/7 (24 jam selama 7 hari). Lalu untuk memelihara kinerja dari pabrik itu sendiri, para pekerja harus bekerja lebih lama yaitu sekitar 10-16 jam per hari dan hal itu justru dianggap normal.
Jam kerja yang sangat lama ini membuat banyak orang merasa tertekan dan berada di titik terakhir kelelahan mereka, hingga munculnya 1 orang pemberani bernama Robert Owen. Ia memulai sebuah kampanye yang meminta semua pekerja untuk tidak bekerja lebih dari 8 jam per hari. Slogannya adalah "8 jam kerja, 8 jam rekreasi, 8 jam istirahat."
Peraturan 8 jam kerja berlangsung hingga abad ke-19 hingga Robert Owen, seorang bangsawan Inggris menyarankan bahwa dalam sehari waktu dibagi menjadi tiga bagian yaitu jam kerja, jam istirahat dan jam rekreasi. Kemudian muncul slogan “Delapan Jam Kerja”. Namun hal ini tidak langsung mendapat tanggapan serius sampai terjadi demo buruh dengan tuntutan pengurangan jam kerja bagi buruh pabrik. Jam kerja kemudian dikurangi khusus perempuan dan anak-anak menjadi 10 jam per hari.
Gagasan 8 jam kerja muncul kembali pada 1884 oleh Tom mann, anggota Federasi Sosial Demokrat, dengan membentuk “Eight Hour League”. Tuntutan terus berdatangan dari kelas pekerja di Amerika Serikat hingga pada tanggal 1 Mei 1886 ditetapkan hari pertama jam kerja menjadi 8 jam kerja sehari.
Di 1914, lama setelah dimulainya kampanye oleh Robert Owen, perusahaan Ford Motor tepatnya Henry Ford membuat sebuah kebijakan yang berbeda dari para pesaingnya. Ia memotong jam kerja dari yang tadinya 9 jam menjadi 8 jam kerja dalam 5 hari kerja, serta ia juga membayar gaji para pekerja dua kali lipat sebagai proses kebijakan tersebut.
Hal ini menjadi kejutan bagi dunia industri, namun Ford Motor dapat membuktikan bahwa hal itu ternyata sangatlah efektif. Hanya dalam 2 tahun, keuntungan mereka meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu mebuat perusahaan-perusahaan ternama lainnya juga mengimplementasikan 8 jam kerja ini.
Mengapa PRT Migran atau Buruh Migran Harus Bekerja Dengan Sistem 8 Jam Kerja Ini?
Tony Schwartz, selaku CEO dari Energy Project, yaki sebuah perusahaan konsultasi yang memiliki tujuan mencapai optimalitas kerja yang maksimal, mengatakan bahwa berapa lama kita bekerja setiap hari sebenarnya tidaklah penting dalam ekonomi sekarang ini. Ia mengatakan bahwa hal itu lebih terkait ke penggunaan energi seseorang.
Ia menjelaskan bahwa manusia itu berbeda dari robot, jika robot dapat beraktivitas secara linear dan konstan maka manusia berbeda. Mereka beraktivitas dalam sebuah kondisi yang berbeda-beda setiap harinya, namun pada umumnya pikiran manusia dapat berfokus ke sebuah pekerjaan selama 90-120 menit. Sesudahnya, maka 20-30 menit istirahat dibutuhkan untuk mencapai kinerja tertinggi berikutnya.
Jadi daripada berpikir apa yang dapat kita capai dalam 8 jam kerja setiap hari, maka lebih baik berpikir apa yang dapat kita capai dalam 90 menit kerja dan membagi pekerjaan kita menjadi beberapa aktivitas yang terdiri dari 90 menit lamanya.
Di samping alasan di atas, ada beberapa hal lain mengapa kita harus mempertimbangkan 8 jam kerja dalam 5 hari. Salah satu hal yang harus menjadi pertimbangan adalah berapa lama kita ada di jalan. Dalam 10 Kegiatan Yang Paling Menghabiskan Waktu, kita telah membicarakan bagaimana berada di jalan merupakan salah satu kegiatan yang paling menghabiskan waktu.
Berbeda dari zaman dulu saat Robert Owen mengusulkan hal ini, waktu seseorang dari rumah ke tempat kerjanya sudah berbeda sekali sekarang ini. Berbagai macam riset menunjukka bahwa pekerja yang menggunakan waktu lebih sedikit untuk mencapai tempat kerjanya terbukti lebih bahagia dan produktif. Inipun dapat menjadi pertimbangan bahwa seseorang bisa saja sebenarnya bekerja lebih dari 8 jam, jika ia membutuhkan waktu 1 jam untuk ke tempat kerjanya maka untuk pulang pergi ke tempat kerja ia sudah menghabiskan total waktu 10 jam untuk bekerja.
Inilah sebabnya mengapa ada beberapa perusahaan yang mengajukan waktu kerja hanya 4 hari kerja, namun dengan lama 10 jam. Tentu perubahan jam kerja tidaklah terbatas kepada satu contoh ini saja, ada banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan sebelum sebuah perusahaan dapat merubah jam kerjanya, seperti kesibukan pekerja, lamanya pekerja di jalan, dan yang terpenting adalah memanfaatkan 90 menit kerja seperti yang dikatakan Tony Schwartz.
COMMENTS