Menolak Status Ilegal, menuntut Jaminan Kerja dan sosial
![]() |
Buruh Migran Menuntut status di Amerika Serikat, Foto: Istimewa |
Seperti dimuat Radio Naderland Wereldomroep (RNW), dua puluh jutaan migran asing, terutama dari Meksiko dan Cina, masih menunggu janji izin tinggal. Sementara itu, nasib tiga ribuan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Philadelphia tidak menentu. Sebagian kecil ada yang bernasib baik tetapi dominan BMI tergantung pada peran agensi atau calo yang menjual jasa merekrut pekerja.
South Phil, yaitu bagian selatan kota Philadelphia, merupakan salah satu wilayah yang paling banyak ditempati oleh BMI dan merupakan wilayah yang memiliki BMI terbanyak di luar Asia dan Timur Tengah. Sekitar lima ribuan warga Indonesia berdatangan ke kota ini sejak 1997, terutama sejak kerusuhan Mei 1998. Jumlah tersebut berkembang seiring naiknya ekonomi Amerika awal 2000-an, namun merosot tajam sejak pengawasan diperketat sejak Peristiwa 11 September 2001.
Sekarang, kontrol dan sweeping semakin intensif namun krisis memukul mereka yang dianggap “pendatang haram” itu. Kalau dulu agensi sebagai penghubung majikan dan buruh migran dapat mencari peluang kerja-lepas dan menyediakan transportasi dan perumahan sekadarnya, kini, semua itu tak mudah lagi. Ketergantungan ini krusial bagi si buruh migran, itu dapat membantu pencari kerja, tapi itu juga berarti kehidupan yang kurang stabil.
Agensi atau calo menjadi pintu strategis bagi buruh migran, tapi watak rakus sang agensi untuk mendapat keuntungan sekaligus dari buruh migran dan majikan/pengusaha. Kejahatan agensi yang lain adalah menilap pajak yang berarti mereka itu adalah penjahat yang mengeruk dana publik, dengan menggelembungkan restitusi pajak atau mencuri dana klaim asuransi buruh migran. Sementara pihak majikan lebih suka memakai jasa agencies, ketimbang mengurusi pekerja.
Maka semakin besar jumlah buruh migran maka semakin menggiurkan posisi agensi dan semakin sulit mencari kerja maka semakin pentinglah jasa para calo atau agensi ini. Tak heran, mafia agensi dan kaki tanganya pun tumbuh meluas ketika krisis meningkat. Apalagi institusi negara, baik dinas perpajakan mau pun dinas imigrasi, cenderung melihat dengan sebelah mata ketika kapitalis membutuhkan buruh murah.
Saat ini diketahui bahwa para buruh migran asal Asia yang banyak bermukim di South Philadelphia itu kini seperti pengemis karena hidupnya sangat tergantung pada bantuan rakyat South Philadelphia. Tragisnya, Konsulat RI adanya cuma di New York yang jumlah WNI-nya sedikit, tapi tidak punya Konsulat di Philadelphia untuk membantu BMI di sana. Begitupun, rakyat Indonesia sudah terbiasa tanpa ada peran negara. Para BMI masih bisa bertahan dengan kekuatannya sendiri dan saling membantu sesama. Para BMI di sana bahkan mampu membangun Masjid Al-Falah secara swadaya.
Bagaimana nasib para BMI di Amerika Serika sangat bergantung pada kebaikan hati Presiden terkait kebijakan membuka peluang kerja dan pemutihan status jutaan "Buruh Migran tak berdokumen". Kalau pun diputihkan sebagai rakyat Amerika Serikat tetap saja pemutihan itu baru terasa manfaatnya setelah beberapa tahun kemudian.
COMMENTS