Lemahnya perlindungan BMI di Malaysia
![]() |
Jumlah penumpang kapal tongkang tenggelam itu sebanyak 101 orang yang terdiri dari 3 awak dan 98 penumpang. 37 penumpang ditemukan selamat, 18 BMI ditemukan tewas. Sementara 44 penumpang lainnya belum diketahui nasibnya karena diduga tenggelam.
Salah seorang korban mengatakan bahwa kapal tongkang itu berangkat dari pelabuhan Sei Deli Johor sekitar pukul 03.40 waktu Malaysia. Kemudian sekitar pukul 05.30 WIB kapal tongkang itu sampai diperairan Tanjung Bemban, Batu Besar Nongsa dan mereka disuruh turun oleh tekong kapal.
Saat kejadian hujan deras disertai angin kencang, sehingga gelombang cukup tinggi dan semua BMI dipaksa untuk turun di tengah laut tapi karena semua penumpang tidak mau dan minta diantar ke pinggir pantai. Namun sekitar 100 meter dari bibir pantai dimana cuaca buruk menyebabkan kapal tongkang itu oleng dan tenggelam karena menabrak karang.
Saat kejadian hujan deras disertai angin kencang, sehingga gelombang cukup tinggi dan semua BMI dipaksa untuk turun di tengah laut tapi karena semua penumpang tidak mau dan minta diantar ke pinggir pantai. Namun sekitar 100 meter dari bibir pantai dimana cuaca buruk menyebabkan kapal tongkang itu oleng dan tenggelam karena menabrak karang.
Informasi lain mengatakan bahwa kapal tongkang yang digunakan sangat kecil tapi dipaksakan membawa BMI melebihi kapasitas.
Pantauan di lokasi, para BMI yang selamat langsung didata oleh pihak Kepolisian. Sementara itu puluhan Tim SAR dari Polda Kepri, instansi terkait dan nelayan lokal masih terus melakukan pencarian puluhan korban lain yang belum diketahui keberadaannya.
Zuraida, salah satu korban mengisahkan peristiwa yang dialami hingga berhasil selamat dari musibah kapal tenggelam tersebut. Ketika kapal karam, dia berusaha menyelamatkan diri dengan cara berenang.
"Ada kapal besar berjenis feri tadi lewat, kami sudah minta tolong. Tapi mereka tidak mau nolong," ujarnya bersaksi, Rabu (2/11/2016).
Beruntung, sejumlah nelayan sekitar yang melintas dengan perahu kecil mau menolong para korban.
"Kami dibawa kesini oleh nelayan, kalau tidak ada mereka tidak tau lah nasib saya," ujar BMI asal Binjai, Sumatera Utara tersebut.
Dari data Polda Kepulauan Riau diketahui sejauh ini sudah ditemukan 39 korban yang selamat dan sudah dievakuasi di Posko Tanjung Bemban. Puluhan korban masih dalam proses penyelamatan dan sebagian telah dievakuasi dibantu masyarakat sekitar. Korban meninggal sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri.
Pemerintahan Jokowi lewat Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mengirimkan tim dari Jakarta untuk mempercepat pengurusan korban tenggelamnya kapal yang mengangkut BMI secara ilegal di perairan Batam baik yang selamat maupun meninggal dunia. Keluarga korban dapat menghubungi kontak posko dengan menghubungi nomor telepon posko BNP2TKI 082213671991 dan 08121424760.
![]() |
Hernomo, Sekretaris Utama BNP2TKI mengatakan pihaknya akan memprioritaskan pemulangan korban yang selamat ke rumah masing-masing. Sementara korban meninggal yang sudah teridentifikasi, pemerintah masih menelusuri alamat keluarganya.
Sebanyak tujuh jenazah dari 18 BMI korban kapal tenggelam di perairan Kepri, Batam, Rabu 2 November sudah berhasil diidentifikasi oleh Tim Disaster Victim Investigation (DVI), di Rumah sakit Bhayangkara Polda Kepri, Kamis (3/11/2016).
Dari 18 korban jenazah yang ditemukan diantaranya 10 wanita, tujuh laki-laki, dan satu bayi perempuan. Sementara yang berhasil diindentifikasi empat wanita dewasa, dua laki-laki dewasa, dan satu bayi perempuan usia tujuh bulan.
"Ketujuh jenazah yang sudah teridentifikasi diantaranya Mahrun (49) asal Lombok Tengah, Siti Maysarah (27) warga Blora Jawa Tengah, dan putrinya bayi tujuh bulan bernama Aprilia Sukwati. Kemudian, Aisyah (27) warga Lombok Timur, Supriadi (51) warga Jawa Timur, Desiyana (44) warga Punggur, dan Maysarul (49) warga Probolinggo," kata Kapolda Kepri Brigjen Pol Sam Budigusdian.
Dari berbagai sumber diketahui bahwa sebelumnya para BMI sebelum pulang kembali ke Indonesia, mereka melakukan perjalanan 10 jam ke Pelabuhan Tembikai, Malaysia. Ditempat ini ada barak-barak yang digunakan untuk mengumpulkan BMI yang akan melanjutkan kepulangan dimana dari jam 12 malam hingga pukul 3 dini hari para BMI diberangkatkan dari Malaysia.
Diketahui juga bahwa BMI yang diperlakukan secara tidak manusiawi sebagai buruh yang dipekerjakan di berbagai wilayah di Malaysia. Menjelang mendarat di Malaysia para BMI masih dipaksa membayar uang Rp150 ribu per kepala, serta disuruh berjalan kaki 1 mil dari pantai. Informasi lain mengatakan bahwa kapal yang digunakan sangat kecil tapi dipaksakan membawa BMI melebihi kapasitas, sehingga saat gelombang datang kapal karam.
Endang, Koordinator tim Advokasi Kobumi Hong Kong menyatakan bahwa tragedi terulangnya kapal Pengangkut BMI dari dan ke Malaysia yang tenggelam di selat Malaka yang menewaskan puluhan BMI dan keluarganya harus diusut. Negara terus menghentikan tindakan pembiaran ini karena hal ini adalah kejahatan pelanggaran HAM Berat.
Satu orang berinisial D yang merupakan awak kapal berhasil ditangkap di Tanjung Pinang, Kepri bersama dua penumpang yang selamat. Sementara pemilik kapal berinisial A dan S diduga berhasil melarikan diri ke Surabaya dan Malaysia.
COMMENTS