/* Youtube Responsive */ .videoyoutube{text-align:center;margin:auto;width:100%;} .video-responsive{position:relative;padding-bottom:56.25%;height:0;overflow:hidden;} .video-responsive iframe{position:absolute;top:0;left:0;width:100%;height:100%;border:0} /* CSS Only */ .post-body iframe{width:100%!important;} @media screen and (max-width:960px){ .post-body iframe{max-height:90%}} @media screen and (max-width:768px){ .post-body iframe{max-height:75%}} @media screen and (max-width:600px){ .post-body iframe{max-height:60%}} @media screen and (max-width:480px){ .post-body iframe{height:auto!important;max-height:auto!important}} .youtube-box,.youtube-frame { display:block; width:420px; height:315px; background-color:black; background-size:100%; position:relative; border:none; margin:0 auto 15px; } .youtube-box span { display:block; position:absolute; top:0; right:0; bottom:0; left:0; } .youtube-box .youtube-title { background-color:rgba(0,0,0,0.4); font:bold 15px Verdana,Arial,Sans-Serif; color:white; text-shadow:0 1px 2px black; bottom:auto; line-height:30px; height:30px; overflow:hidden; padding:0 15px; } .youtube-box .youtube-bar { background:black url('http://4.bp.blogspot.com/-7keKvgPlMUA/T7vJpi3X_YI/AAAAAAAACtw/4OUd7uHadDk/s1600/yt-bar-center.png') repeat-x top; height:35px; top:auto; } .youtube-box .youtube-bar .yt-bar-left { background:transparent url('http://4.bp.blogspot.com/-WL_y2cwe57k/T7xHS3C8tTI/AAAAAAAACug/xIqhenfa-4o/s1600/yt-bar-left.png') no-repeat top left; z-index:4; cursor:pointer; } .youtube-box .youtube-bar .yt-bar-right { background:transparent url('http://1.bp.blogspot.com/-DCNevn4jQx0/T7vJt3X3pjI/AAAAAAAACuA/uIKxoT3685M/s1600/yt-bar-right.png') no-repeat top right; } .youtube-box .youtube-play { cursor:pointer; width:83px; height:56px; top:50%; left:50%; margin:-28px 0 0 -42px; background:transparent url('http://1.bp.blogspot.com/-JVqaIffy7Ws/T7vK4-ya81I/AAAAAAAACuI/UCL8Y7G4DqE/s1600/yt-play.png') no-repeat top left; } .youtube-box .youtube-play:hover { background-position:bottom left; } .youtube-box,.youtube-frame { display:block; width:420px; height:315px; background-color:black; background-size:100%; position:relative; border:none; margin:0 auto 15px; } .youtube-box span { display:block; position:absolute; top:0; right:0; bottom:0; left:0; } .youtube-box .youtube-title { background-color:rgba(0,0,0,0.4); font:bold 15px Verdana,Arial,Sans-Serif; color:white; text-shadow:0 1px 2px black; bottom:auto; line-height:30px; height:30px; overflow:hidden; padding:0 15px; } .youtube-box .youtube-bar { background:black url('http://4.bp.blogspot.com/-7keKvgPlMUA/T7vJpi3X_YI/AAAAAAAACtw/4OUd7uHadDk/s1600/yt-bar-center.png') repeat-x top; height:35px; top:auto; } .youtube-box .youtube-bar .yt-bar-left { background:transparent url('http://4.bp.blogspot.com/-WL_y2cwe57k/T7xHS3C8tTI/AAAAAAAACug/xIqhenfa-4o/s1600/yt-bar-left.png') no-repeat top left; z-index:4; cursor:pointer; } .youtube-box .youtube-bar .yt-bar-right { background:transparent url('http://1.bp.blogspot.com/-DCNevn4jQx0/T7vJt3X3pjI/AAAAAAAACuA/uIKxoT3685M/s1600/yt-bar-right.png') no-repeat top right; } .youtube-box .youtube-play { cursor:pointer; width:83px; height:56px; top:50%; left:50%; margin:-28px 0 0 -42px; background:transparent url('http://1.bp.blogspot.com/-JVqaIffy7Ws/T7vK4-ya81I/AAAAAAAACuI/UCL8Y7G4DqE/s1600/yt-play.png') no-repeat top left; } .youtube-box .youtube-play:hover { background-position:bottom left; } /*fb-like-box responsive*/ .fb-like-box{width: 100% !important;} .fb-like-box iframe[style]{width: 100% !important;} .fb-like-box span{width: 100% !important;} .fb-like-box iframe span[style]{width: 100% !important;}

Jurnalisme Warga: Cara Rakyat Mengekspresikan Dirinya

Jurnalisme Warga

Jurnalisme Warga
KOBUMI - Jurnalisme warga (citizen journalist) mulai populer alias menjadi trend di Indonesia, setidaknya sejak lima atau tujuh tahun terakhir. Sebenarnya, sekitar pertengahan tahun 1990-an, sudah dikenal istilah public journalist, yang bentuk barunya bisa kita lihat pada citizen journalist belakangan ini. Secara sederhana, kita dapat mendefenisikan jurnalisme warga sebagai kegiatan jurnalistik (pemberitaan atau penyampaian informasi kepada publik) yang dilakukan oleh warga bukan wartawan profesional.

Saat ini, kegiatan jurnalistik tidak hanya dilakukan oleh wartawan profesional melalui perusahaan/media profesional, tetapi juga oleh warga non-jurnalis melalui media independen maupun media profesional. “Wartawan” di dunia citizen journalist biasa disebut sebagai: pewarta warga atau jurnalis warga.

Pemberitaan oleh warga (citizen reporter) sesungguhnya tidak hanya dimuat oleh media-media independen maupun media personal, melainkan juga telah dimuat oleh media-media profesional. Media profesional kini membuat rubrik atau ruang khusus yang diperuntukkan bagi jurnalis warga.

Seringkali pula jurnalisme warga disebut sebagai jurnalisme partisipatif. Dikatakan demikian karena pewarta dalam kegiatan jurnalistik macam ini bersifat sukarela dan sangat independen. Belakangan, jenis jurnalistik ini makin marak seiring dengan rasa muak publik yang luar biasa kepada media-media mainstream yang sangat partisan, sebab pemiliknya merupakan tokoh-tokoh partai politik.

Peran Jurnalisme WargaKegiatan jurnalistik oleh jurnalisme warga memiliki wilayah, ruang, atau cakupan, yang nyaris tidak terbatas, bahkan barangkali memang tidak terbatas sama sekali. Berbeda dengan media profesional yang memiliki wartawan yang jumlahnya terbatas, pewarta warga justru jumlahnya sangat berlimpah. Wilayah yang dijangkau oleh wartawan profesional tentu juga sangat terbatas, berbeda dengan pewarta warga yang bisa ada di mana-mana. Slogan penting jurnalisme warga ialah bahwa “setiap orang adalah pewarta”.

Keberadaan pewarta warga tentu sangat membantu wartawan atau media profesional. Banyak berita/informasi yang tidak langsung diketahui oleh wartawan/media profesional, namun dengan secepat kilat dipublikasikan oleh pewarta warga—sebab mereka ada di tempat kejadian, atau bahkan merupakan pelaku yang terlibat dalam kejadian tersebut. Berita/informasi yang dipublikasikan oleh seorang pewarta warga, seringkali menjadi sumber informasi pertama bagi wartawan/media profesional.

Hal tersebut, misalnya, kita bisa lihat pada pemberitaan bencana Tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu, yang liputan videonya pertama kali justru direkam oleh seorang warga bernama Cut Putri yang bukan seorang jurnalis. Sadar atau tidak, Cut Putri telah berperan sebagai pewarta warga. Liputan video amatirnya kemudian menjadi bahan berita oleh sejumlah stasiun televisi.

Jurnalisme AdvokasiJurnalisme warga juga seringkali disebut sebagai jurnalisme advokasi (advocacy journalism). Melalui kegiatan jurnalistik ini, warga masyarakat dapat menyampaikan tuntutannya, pandangannya, atau ekspresinya melalui media (baik media warga, independen, maupun profesional), dalam rangka menuntut hal-hal tertentu yang terkait dengan kepentingannya. Dalam banyak contoh di dunia, kegiatan jurnalisme warga biasa dipergunakan untuk menuntut sebuah undang-undang, melakukan pengawasan terhadap instansi tertentu, mengkampanyekan sebuah isu, dan lain sebagainya.

Baru-baru ini kita menyaksikan, kegiatan jurnalisme warga yang dilakukan salah seorang artis nasional, yang menulis di blog pribadinya, di mana ia meminta uluran tangan masyarakat dan pemerintah untuk membantu pembayaran uang tebusan bagi TKI Satinah di Arab Saudi. Beberapa tahun sebelumnya, Prita Mulyasari melakukan advokasi melalui media internet atas pelayanan sebuah rumah sakit yang merugikan dirinya. Advokasi yang dilakukan Prita untuk dirinya sendiri tersebut melalui media internet, akhirnya mengundang simpati publik yang luar biasa.

Jurnalisme warga sebagai bentuk advokasi ini penting dilakukan publik, sebab tidak semua berita atau pendapat dari seseorang lantas dianggap penting, menarik, atau menjadi prioritas oleh media-median mainstream.

 Jenis Materi Dalam Jurnalisme WargaSecara umum, jenis materi yang dipergunakan dalam jurnalisme warga ialah berupa tulisan dan video. Namun demikian, terdapat jenis materi yang lain yang juga dapat digunakan, meskipun pada faktanya belum sekuat jenis materi tulisan dan video, yakni foto dan audio (suara). Namun demikian, sebuah pemberitaan seringkali mengkombinasikan keempat-empatnya. Misalnya, di sebuah posting berita di blog pribadi, kita bisa membuat berita dengan mencantumkan tulisan, lantas menampilkan pula foto dan video (yang merekam suara/audio tentunya).

Dari keempat jenis materi pemberitaan tersebut, jenis materi tulisan-lah yang paling umum digunakan. Kenapa? Karena relatif lebih mudah dibuat dibanding jenis materi yang lain. Misalnya, sebuah foto bisa sangat berbicara, meskipun tanpa disertai dengan teks. Namun tidak sembarang orang yang bisa mengambil/memotret/membuat foto semacam itu. Tentu lebih rumit lagi pembuatan berita melalui video.

Manfaat Jurnalisme WargaAdapun manfaat dari kegiatan jurnalistik jenis ini adalah: Pertama, warga atau seorang individu dapat menyampaikan secara bebas pendapat, gagasan, unek-unek, informasi, maupun sikapnya di ruang publik. Kedua, dalam menyampaikan hal-hal tersebut tadi, warga melakukannya secara langsung, tanpa khawatir harus disensor atau tidak dimuat oleh media. Prinsip jurnalisme warga ialah: “Kalau media mainstream tidak mau memuat berita kita, maka kita akan membuat media yang akan memuat berita kita sendiri.”

Ketiga, peristiwa kecil, atau gagasan sederhana, dari warga atau seseorang akhirnya bisa direkam dan didokumentasikan, sehingga bakal menjadi arsip yang suatu waktu mungkin akan menjadi penting. Keempat, membuat warga atau seseorang menjadi kritis dan makin terpupuk daya kritisnya. Seorang atau sekumpulan warga yang memiliki daya kritis yang kuat, akan menjadi pengawas yang efektif bagi masyarakatnya, pemerintahnya, lingkungannya, maupun dirinya sendiri.

Kelima, bagi pihak pengambil kebijakan, kegiatan jurnalisme warga akan memudahkan mereka menyerap aspirasi dari masyarakat, sehingga menjadi paham betul apa yang menjadi kebutuhan, aspirasi, dan kepentingan masyarakatnya.

Media Jurnalisme WargaJurnalisme warga pada umumnya menggunakan sarana internet. Ada juga yang menggunakan sarana kertas (koran, buletin, atau majalah), namun tidak begitu umum dikenal akhir-akhir ini seiring berkembangnya teknologi informasi. Pengguna internet (netizen) yang kian bertambah jumlahnya, membuat internet dianggap sebagai sarana yang paling efektif, praktis, dan murah, dalam kegiatan jurnalisme warga. Di tahun-tahun mendatang, internet akan kian berkembang pesat, tidak hanya di kota, tapi juga di pelosok-pelosok, dengan layanan dan teknologi yang akan makin maju, serta ongkos yang kian murah.

Di dunia internasional, situs jurnalisme warga yang sempat menyita perhatian masyarakat dunia ialah www.OhmyNews.com yang dibuat oleh warga Korea Selatan bernama Oh Yeon Ho, sekitar tahun 2000. Situs pemberitaan warga ini sangat berpengaruh di Korsel, dan banyak menyita perhatian pemerintah di sana. Konon, pada tahun 2007 saja, OhmyNews memiliki sekitar 60 ribuan pewarta warga, serta diakses oleh sekitar 750 ribuan orang per hari. Bagaimana perkembangan situs itu saat ini? Tentunya lebih pesat lagi.

Di Indonesia, situs jurnalisme warga yang paling populer dewasa ini adalah www.kompasiana.com (yang merupakan sebuah blog sosial). Situs ini didirikan oleh Kompas, pada September 2008. Semula hanya diperuntukkan bagi wartawan-wartawan Kompas, namun kemudian dibuka secara umum, pada Oktober 2008. Menurut situs Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompasiana), pada Juli 2011 saja sudah terdapat sekitar 75 ribu anggota Kompasiana (yang disebut kompasianer). Tulisan yang masuk per hari rata-rata 600-800 tulisan, dengan pengunjung sekitar 6-7 juta per bulan. Beberapa tulisan yang dipublikasikan di Kompasiana, sempat menyita perhatian publik dan pemerintah. Di Kompasiana terdapat beberapa kompasianer yang merupakan tokoh publik, di antaranya mantan Wapres Jusuf Kalla, mantan KSAU Chappy Hakim, mantan Menristek Kusmayanto Kadiman, dan lain-lain. Keanggotaan Kompasiana bersifat gratis alias tanpa pungutan sama sekali.

Media lain yang populer digunakan dalam kegiatan jurnalisme warga ialah blog personal, baik blog gratisan maupun blog berbayar. Umumnya para blogger (sebutan untuk penggiat blog) menggunakan kanal Blogspot.com atau WordPress.com. Para blogger ini juga memiliki komunitas, dan dari komunitas itulah jaringan menjadi luas, sehingga pengunjung blog seorang anggota pun tidak sepi. Kelemahan utama blog personal ini memang adalah sepinya pengunjung (jika blog-nya belum terkenal), sehingga informasi yang ia publikasikan menjadi miskin akses. Hal ini berbeda dengan blog sosial semacam Kompasiana, di mana tulisan-tulisan seorang kompasianer dapat dibaca oleh ribuan orang dalam beberapa jam saja apabila tulisannya sangat menarik.

Media jurnalisme warga yang tidak kalah populernya adalah apa yang disebut sebagai social media, seperti: facebook, twitter, BBM, wechat, whatsup, dan lain sebagainya. Di media-media sosial semacam ini, seseorang dapat berbagi informasi atau berita. Seringkali pula, media ini digunakan sebagai penunjang bagi penyebaran berita oleh pewarta warga di blog sosial atau blog pribadinya.

Media-media profesional kini sudah pula menyediakan ruang khusus bagi pewarta warga, baik di situs internet, koran, maupun televisi. MetroTV, misalnya, membuat program “Wideshot” untuk menampilkan liputan warga yang berupa video. Di koran-koran, seperti Kompas, Tribun Group, Republika, dan lain-lain, juga menyiapkan kolom-kolom bagi pewarta warga.

Konten dan Kanal Jurnalisme WargaKonten apa saja yang termasuk bagian dari jurnalisme warga? Yaitu: berita mengenai peristiwa, pendapat pribadi, opini publik, hasil wawancara tokoh tertentu, liputan perjalanan, sosok, berita kuliner, dan sebagainya.

Di Kompasiana.com, kanal atau kategori yang disajikan meliputi: berita, politik, humaniora, ekonomi, hiburan, olahraga, gaya hidup, wisata, kesehatan, teknologi, media, lingkungan hidup, sastra, dan liputan khusus. Itu artinya bahwa, konten informasi yang dapat dipublikasikan oleh seorang pewarta warga sungguh sangat beragam.

Teknik Penulisan ReportaseDalam menulis hasil reportase menjadi sebuah berita, seorang pewarta warga penting untuk memperhatikan kaidah umum unsur berita yang populer dikenal dengan istilah “5W+1H”, yaitu: What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (di mana), Why (mengapa), dan How (bagaimana). Keenam unsur inilah yang mesti dipenuhi oleh sebuah berita yang baik. Contoh penerapan unsur ini, sebagai berikut:

What (apa): Kasus korupsi

Who (siapa): Gayus Tambunan

When (kapan): Tahun 2010

Where (di mana): Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI

Why (mengapa): Komjen Pol. Susno Duadji menyebutkan bahwa Gayus memiliki uang sebesar Rp 25 miliar dan perhiasan senilai 14 miliar di brankas bank atas nama istrinya, yang ditengarai berasal dari sumber yang ilegal.

How (bagaimana): Gayus melarikan diri ke luar negeri menggunakan paspor palsu atas nama Sony Laksono. Polisi menggeledah rumah Gayus di Kelapa Gading, Jakarta, dan menemukan sejumlah barang bukti.

Atau contoh lain,

What (apa): Imbauan Dinkes untuk mewaspadai virus flu burung

Who (siapa): Warga Kabupaten Gowa

When (kapan): 12 Maret 2011

Where (di mana): Kabupaten Gowa, khususnya Kecamatan Somba Opu

Why (mengapa): Warga harus mewaspadai virus flu burung, sebab di Kecamatan Somba Opu telah ditemukan sejumlah unggas yang mati dengan ciri-ciri mirip infeksi flu burung.

How (bagaimana): Penyakit ini disebabkan oleh virus H5N1 yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia. Viris ini menyebar melalui udara ataupun melalui makanan, minuman, dan kontak kulit. Gejala penderita virus ini adalah demam tinggi, keluhan pada pernafasan dan juga perut. Dinkes Kabupaten Gowa telah melakukan penyemprotan di kandang-kandang unggas, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Menulis berita di media-media berbasis daring (online) harus memperhatikan aspek kelugasan, singkat, padat, menarik, dan berisi. Juga harus menggunakan bahasa yang baku, sehingga mudah dimengerti oleh pembaca yang berasal dari berbagai latar belakang dan wilayah. Kalimat-kalimatnya harus menggunakan kata-kata yang efektif dan tidak bertele-tele, sebab pengguna perangkat gadged, ponsel, atau laptop, biasanya tidak berlama-lama dengan satu laman bacaan. Pembaca di internet ingin cepat-cepat beralih pada informasi yang lain.

Pertama, dalam menulis berita yang terikat waktu, maka judul berita dan paragraf pertama harus dibuat semenarik bahkan kalau bisa sebombastis mungkin. Misalnya judul berita kita berbunyi: “Wow, Ternyata Pesawat Malaysia MH370 Mendarat di Bawakaraeng”. Maka gunakan unsur 5W+1H untuk menulis berita tersebut, dengan mengeksplorasi paragraf pertama semenarik mungkin.

Kedua, untuk berita yang kira-kira tidak begitu terikat oleh waktu, maka judul dan badan beritanya bisa relatif datar-datar saja, namun data dan isinya harus sangat mendalam. Berita semacam ini misalnya berlaku untuk reportase kegiatan travel (jalan-jalan).

Ketiga, penulisan berita/informasi yang bersifat kronologis. Penulisan badan berita/informasi seperti ini harus dilakukan secara berurutan, dari menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, atau tahun ke tahun, dan seterusnya. Model penulisan kronologis dapat kita terapkan, misalnya, pada saat kita meliput pertandingan sepakbola, di mana kita menuliskan menit per menit terjadinya gol.

Kode Etik Jurnalisme WargaMeskipun jurnalisme warga berkegiatan secara independen, namun bukan berarti ia bisa lepas dari tanggung jawab sosial, etika, dan moralitas publik. Sejumlah organisasi yang menghimpun pewarta warga, telah mengeluarkan kode etik bagi para anggotanya. Salah satunya adalah organisasi Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), yang mengatur kode etik pewarta warga, sebagai berikut:

Demi tegaknya harkat dan martabat maupun mutu dari hasil karya para Pewarta Warga, maka PPWI menetapkan Kode Etik Pewarta Warga yang harus ditaati dan dilaksanakan secara konsisten oleh seluruh anggota PPWI, yang secara rinci seperti tertuang di bawah ini:



PEWARTA WARGA tidak menyiarkan berita yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara maupun kesatuan dan persatuan bangsa.



PEWARTA WARGA tidak diperkenankan menyiarkan karya jurnalistik melalui media massa apapun yang bersifat cabul, menyesatkan, bersifat fitnah ataupun memutarbalikkan fakta.
PEWARTA WARGA tidak diperkenankan menerima imbalan yang dapat mempengaruhi obyektivitas beritanya.



PEWARTA WARGA menjaga dan menghormati kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan berita-berita yang dapat merugikan nama baik seseorang atau pihak tertentu.
PEWARTA WARGA dilarang melakukan tindakan plagiat atau mengutip hasil karya pihak lain dengan tanpa menyebutkan sumbernya. Apabila kenyataannya nama maupun identitas sumber berita tidak dicantumkan, maka segala tanggung jawab ada pada PEWARTA WARGA yang bersangkutan.
PEWARTA WARGA diwajibkan menempuh cara yang sopan dan terhormat dalam memperoleh bahan karya jurnalistik, tanpa paksaan ataupun menyadap berita dengan tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
PEWARTA WARGA diwajibkan mencabut atau meralat setiap pemberitaan yang ternyata tidak akurat, dan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk memberikan kesempatan hak jawab.
Dalam memberitakan peristiwa yang berkaitan dengan proses hukum atau diduga menyangkut pelanggaran hukum, PEWARTA WARGA harus selalu menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah, dengan prinsip jujur, dan menyajikan berita secara berimbang.
PEWARTA WARGA harus berusaha semaksimal mungkin dalam pemberitaan kejahatan susila (asusila) agar tidak merugikan pihak korban.
PEWARTA WARGA menghormati dan menjunjung tinggi ketentuan embargo untuk tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita telah dinyatakan sebagai bahan berita yang “off the record”.

Kegiatan jurnalistik secara umum telah diatur, yang menjadi rambu-rambu bagi seorang jurnalis dan media, antara lain tercantum pada:

UU Pers No. 40, tahun 1999
UU Penyiaran No. 32, tahun 2002
UU Informasi dan Teknologi Informasi (ITE) No. 11, tahun 2008
Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan melalui SK Dewan Pers No. 03/SK-DP/III/2006
Pedoman Pemberitaan Media Siber, yang ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta, 3 Februari 2012


Peraturan Dewan Pers mengenai Pedoman Hak Jawab.

Seorang pewarta warga yang baik, selayaknya mempelajari berbagai peraturan tersebut, sehingga dapat menjalankan kegiatan jurnalisme warga-nya dengan tepat, lancar, dan memberikan manfaat yang besar kepada publik.

Beberapa kendalaMeskipun jurnalisme warga telah cukup berkembang di Indonesia saat ini, namun kegiatan ini belum tumbuh secara merata, dan bahkan hanya dimengerti dan dilakukan oleh kelompok atau komunitas tertentu saja. Kegiatan ini belum benar-benar memasyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Menurut hemat saya, hal tersebut terjadi karena beberapa sebab, antara lain:

Pertama, belum banyak dari warga kita yang “sadar berita”, yakni yang memiliki insting berita (sense of news) yang baik. Hal ini diperparah oleh masih lemahnya daya kritis masyarakat kita. Insting berita yang baik hanya akan ditopang oleh daya kritis yang baik pula.

Kedua, masih lemahnya tradisi literasi (membaca dan menulis) di kalangan masyarakat. Lemahnya budaya baca membuat pengetahuan menjadi miskin dan sempit. Sementara itu, budaya tulis hanya akan tumbuh dari budaya baca yang baik. Lemahnya budaya tulis ini pula yang membuat kegiatan jurnalisme warga belum begitu massif. Kadang-kadang kita memiliki sense of news yang baik, namun ketika akan menuangkannya dalam bentuk tulisan, kita langsung bingung untuk memulai paragraf pertama.

Ketiga, sekalipun masyarakat kita telah memiliki ponsel pintar ataupun gadget, namun kebanyakan hanya pengguna konten semata, dan kurang memahami aspek-aspek yang bersifat teknologisnya. Masih lemahnya pengetahuan IT di masyarakat, menjadi kendala tersendiri dalam kegiatan jurnalisme warga ini. Kadang-kadang masih ada masyarakat kita yang sudah berpendidikan yang belum bisa menggunakan laptop untuk mengetik, alih-alih misalnya membuat blog dan seterusnya.

Tentu tiga kendala utama dalam meluaskan kegiatan jurnalisme warga tersebut bisa diatasi sepanjang para pegiat pewarta warga aktif membagi ilmu dan pengalamannya kepada seluruh lapisan masyarakat.

Ditulis oleh: Alto Makmuralto

Diterbitkan ulang dari iksinews untuk pendidikan

COMMENTS

BLOGGER
Nama

BURUH,90,DAPUR,2,E-BOOK,6,IDONESIA TENGAH,2,INDONESIA BARAT,14,INDONESIA TIMUR,1,INFO MIGRAN,146,INFO PERATURAN,41,INTERNASIONAL,37,Kobumi TV,54,LUAR NEGERI,40,NASIONAL,57,OPINI,5,PETANI,6,RELEASE,29,RELEASE BURUH,9,RELEASE KOBUMI,5,RELEASE PETANI,4,RELEASE PPRI,3,RESENSI,1,SAMIN,55,SEJARAH,1,SEKOLAH MIGRAN,49,SOLIDARITAS,36,TOKOH,2,
ltr
item
KOBUMI: Jurnalisme Warga: Cara Rakyat Mengekspresikan Dirinya
Jurnalisme Warga: Cara Rakyat Mengekspresikan Dirinya
Jurnalisme Warga
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi74ILuYzE2Ur9x3Cne76aunReDOltdb5ZVAkxKgXhGYEiHo2WCukt5nUzJ4EJgHWNMZ29KQ-w_vc7DzcUp2aoy5J4P5yOpm5zzMSWj9-6Fp0qpMT5CT0m7R3vJKvXgY1M37KUrQ4hOJ8xD/s1600/jurnalisme-warga-cara-rakyat-mengekspresikan-diri.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi74ILuYzE2Ur9x3Cne76aunReDOltdb5ZVAkxKgXhGYEiHo2WCukt5nUzJ4EJgHWNMZ29KQ-w_vc7DzcUp2aoy5J4P5yOpm5zzMSWj9-6Fp0qpMT5CT0m7R3vJKvXgY1M37KUrQ4hOJ8xD/s72-c/jurnalisme-warga-cara-rakyat-mengekspresikan-diri.jpg
KOBUMI
https://kobumi.blogspot.com/2015/01/jurnalisme-warga-cara-rakyat.html
https://kobumi.blogspot.com/
https://kobumi.blogspot.com/
https://kobumi.blogspot.com/2015/01/jurnalisme-warga-cara-rakyat.html
true
3067231038423991292
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All BACA JUGA ARTIKEL INI LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy