Lindungi Buruh Migran dari perbudakan
KOBUMI - Dipaksa kerja dengan jam kerja yang panjang masih terus dialami Buruh Migran Indonesia (BMI) di semua negara penempatan. BMI rata-rata bekerja 16-18 jam sehari. Dari jam 05.00 - 23.00. Bekerja tanpa henti dan tanpa istirahat, jika berhenti kerja sekejab maka si bos akan murka. Makan tidak teratur bahkan tidak bergizi dan tragisnya di bayar dengan upah murah. Tidak ada upah lembur dan cuti haid. Jangan berharap soal jaminan keselamatan kerja.
Maka dari itu banyak buruh migran indonesia fisik nya cepat nge-drop hingga mengidap banyak penyakit. Itu semua terjadi karena pola istirahat dan makan yang tidak sesuai dan dialami terus menerus dalam waktu yang lama.
Perlakuan diskriminasi juga terus dialami buruh migran perempuan di negara modern dan BMI tak pernah mendapat perhatian dari pemerintah.
Jam kerja yang efektif itu adalah 8 jam bekerja, 8 jam istirahat dan 8 jam untuk berkreasi dan belajar. Tapi kondisi BMI terus dipaksa bekerja di atas 15 jam. Jika melawan akan di PHK sepihak dan tidak ada ruang untuk menolak.
Sungguh ironi.
Kami ini manusia bukan robot. Pemerintah harus segera memperbaiki kondisi ini. Hari ini juga, tidak bisa menunggu esok. Kami akan terus menuntut keadilan dan kesejahteraan bagi kami.
Kami tahu, tahun 1908 di Amerika Serikat buruh telah menolak penindasan dan penghisapan terhadap nilai lebih kerja kami. Melakukan aksi demo besar-besaran dengan tuntutan pengurangan jam kerja menjadi 8 jam saja. Dan berhasil memenangkan tuntutan 8 jam kerja itu.
Tapi bagi kami Buruh Migran yang terpaksa bekerja di luar negeri belum menikmati kemenangan itu. Bahkan banyak kawan kami yang coba melupakannya dan pasrah demi upah murah yang tak akan ada di dalam negeri. Hari ini kami menuntut, menggugatnya agar diberlakukan sekarang juga. Kami akan hancurkan kejahatan yang menistakan perempuan dimanapun berada.
Perempuan bangkit melawan dan menang.
Maka dari itu banyak buruh migran indonesia fisik nya cepat nge-drop hingga mengidap banyak penyakit. Itu semua terjadi karena pola istirahat dan makan yang tidak sesuai dan dialami terus menerus dalam waktu yang lama.
Perlakuan diskriminasi juga terus dialami buruh migran perempuan di negara modern dan BMI tak pernah mendapat perhatian dari pemerintah.
Jam kerja yang efektif itu adalah 8 jam bekerja, 8 jam istirahat dan 8 jam untuk berkreasi dan belajar. Tapi kondisi BMI terus dipaksa bekerja di atas 15 jam. Jika melawan akan di PHK sepihak dan tidak ada ruang untuk menolak.
Sungguh ironi.
Kami ini manusia bukan robot. Pemerintah harus segera memperbaiki kondisi ini. Hari ini juga, tidak bisa menunggu esok. Kami akan terus menuntut keadilan dan kesejahteraan bagi kami.
Kami tahu, tahun 1908 di Amerika Serikat buruh telah menolak penindasan dan penghisapan terhadap nilai lebih kerja kami. Melakukan aksi demo besar-besaran dengan tuntutan pengurangan jam kerja menjadi 8 jam saja. Dan berhasil memenangkan tuntutan 8 jam kerja itu.
Tapi bagi kami Buruh Migran yang terpaksa bekerja di luar negeri belum menikmati kemenangan itu. Bahkan banyak kawan kami yang coba melupakannya dan pasrah demi upah murah yang tak akan ada di dalam negeri. Hari ini kami menuntut, menggugatnya agar diberlakukan sekarang juga. Kami akan hancurkan kejahatan yang menistakan perempuan dimanapun berada.
Perempuan bangkit melawan dan menang.
Divisi Kampanye KOBUMI
COMMENTS