KOBUMI menuntut keadilan atas haknya
![]() |
KOBUMI Belajar, Berjuang, Menang, Foto: dokumentasi internal |
Ekonomi tidak boleh menjadi alat untuk menumpuk harta, tetapi tidak lebih sebagai administrasi untuk kepentingan rumah bersama kita (our common home) di dunia. Ini memerlukan komitmen untuk peduli bahwa rumah dan distribusi barang harus adil untuk semua orang. Tidak cukup hanya menunggu kekayaan yang dimonopoli segelintir manusia akan menetes setiap kali si miskin menggoyang gelas yang dipastikan tidak akan pernah bisa menetes dengan sendirinya itu.
Tidak boleh ada keluarga tanpa rumah, tidak boleh ada petani tanpa tanah, tidak boleh ada buruh yang terus dirampas hak-hak nilai lebihnya, tidak boleh ada rakyat tanpa kedaulatan, tidak boleh seorang pun tanpa martabat, tidak boleh ada anak-anak tanpa masa kanak-kanaknya dan tidak boleh ada orang tua lanjut usia tanpa kemuliaan di usia tuanya.
Buruh dan rakyat yang direndahkan, dieksploitasi dan dimiskinkan tidak akan berhenti berjuang dan terus berjuang. Kita harus berani mengatakan bahwa masa depan kemanusiaan dalam ukuran besarnya ada di tangan kita sebagai buruh dan rakyat tertindas lainnya, melalui kemampuan mengorganisasikan dan melaksanakan politik perlawanan alternatif, yang setiap hari memastikan kemenangan atas buruh dan rakyat tertindas secara bermartabat.
Tentang Kolonialisme
Kolonialisme baru mengambil wajah yang berbeda. Kadang-kadang muncul dalam bentuk pengaruh mammon (kekayaan) yang tidak nampak: korporasi, lembaga pemberi pinjaman, perjanjian perdagangan bebas, dan kebijakan penghematan yang memaksa buruh dan rakyat miskin tertindas mengencangkan ikat pinggang. Monopoli media komunikasi, yang memaksakan konsumerisme dan penyeragaman budaya, adalah bentuk lain dari kolonialisme baru (neokolonialisme).
Kolonialisme, baik yang lama maupun baru, hanya mereduksi negara miskin sekedar sebagai penyedia bahan baku dan tenaga kerja murah. Hanya menimbulkan kekerasan, kemiskinan, memaksa orang jadi migran dan segala kejahatan yang berjalan beriringan dengan tuan kolonialis. Tuan penjajah justru semakin meminggirkan manusia dengan menyangkal hak setiap bangsa untuk merdeka.
Perdamaian berdiri tegak tidak hanya dengan penghormatan terhadap Hak Azasi Manusia tetapi juga penghormatan terhadap hak setiap bangsa, khususnya hak untuk merdeka.
Ini yang perlu dikutuk dalam kegagalan dirinya sendiri dan dipropagada secara masif, yang kita alami sekarang, sebuah bentuk genosia sedang terjadi, dan ini harus segera diakhiri.
Tentang Ekologi:
Sistem kapitalis jelas gagal dan tidak bertanggung jawab atas percepatan laju produksi dengan menggunakan metode industri dan pertanian yang merusak “Ibu Bumi” (Mother Earth) atas nama produktivitas. Penyangkalan Kapitalisme atas hak ekonomi, sosial, dan budaya rakyat tertindas harus dihancurkan secara mendasar untuk memanusiakan manusia.
COMMENTS