Aksi Solidaritas Gerakan Anti Trafficking
![]() |
Puluhan orang dari mahasiswa dan orang-orang yang peduli terhadap buruh migran itu menuntut aparat penegak hukum dan pemerintah Indonesia, untuk segera mengusut tuntas kematian dua BMI perempuan asal NTT yang meninggal secara tak wajar dengan kondisi tubuh penuh jahitan.
Koordinator aksi, Inosentio Naitio kepada media, Senin (18/7/2016) malam mengatakan, aksi hari ini merupakan aksi pertama dan pihaknya akan melakukan aksi selanjutnya, jika pemerintah dan penegak hukum tidak serius dalam penyelesaian kasus Dolfina Abuk dan Yufrinda Selan yang menjadi korban jual beli organ tubuh manusia di Malaysia.
“Forum ini menilai bahwa kematian Dolfina Abuk dan Yufrinda Selan patut dicurigai karena ada beberapa hal yang bagi kami, tidak mungkin seseorang ingin hidupnya berakhir (bunuh diri) tanpa sebab. Kematian keduanya juga patut dicurigai, karena keberangkatan mereka juga dilakukan secara non prosedur dengan identitas yang dipalsukan,”kata Naitio.
“Harapan kami kepada pemerintah untuk segera selesaikan kasus human traffiking di NTT ini dan kepada penegak hukum segera selidiki kematian Dolvina dan Yufrinda, mengapa jasad mereka penuh jahitan dan polisi harus segera menangkap pemalsu dan perekrut dua BMI ini,” sambungnya.
Umumnya para aktifis aksi 1000 lilin ini menyayangkan sikap pemerintah NTT yang terkesan membiarkan kasus ini dengan kondisi para BMI yang mengalami nasib yang tragis di negeri orang.
”Kami minta Gubernur NTT jangan hanya diam saja, tetapi harus bersuara dan bersikap pro aktif dengan membantu mengusut tuntas kasus ini,” tegasnya salah seorang lagi peserta aksi keprihatinan ini.
Dia pun meminta kepada pemerintah agar menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi rakyat Indonesia yang terpaksa memilih bekerja menjadi BMI di luar negeri.
”Kami minta Gubernur NTT jangan hanya diam saja, tetapi harus bersuara dan bersikap pro aktif dengan membantu mengusut tuntas kasus ini,” tegasnya salah seorang lagi peserta aksi keprihatinan ini.
Dia pun meminta kepada pemerintah agar menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi rakyat Indonesia yang terpaksa memilih bekerja menjadi BMI di luar negeri.
“Jika ini tidak ditindaklanjti oleh pemerintah dan aparat hukum, maka kami akan terus melakukan aksi secara besar-besaran,” tuturnya seorang pemuka agama.
Aksi keprihatinan 1000 lilin ini meruapakan simbol dari ancaman trafficking yang harus dihadapi 8 juta BMI yang terpaksa bekerja di luar negeri. Aksi ini digelar di Taman Nostalgia, Kupang yang diisi dengan orasi politik yang dilakukan secara bergantian oleh para demostran, diselingi dengan pembacaan tuntutan, puisi, teatrikal dan pembakaran 1000 lilin secara bersama-sama.
COMMENTS