BMI Korban Trafficking di Malaysia
![]() |
Keluarga Yufrinda Selan telah melaporkan kasus ini ke Komnas HAM, Foto: Suara Flores |
Sebelumnya, Adolfina Abuk mengalami nasib sama. Diduga, organ tubuh keduanya diperjualbelikan di Malaysia. Jenajah Adolfina Abuk juga tewas di Malaysia dan dipulangkan ke kampung halamannya di Timor Tengah Utara (TTU) dengan tubuh penuh jahitan.
Diduga, semua organ tubuhnya dicuri untuk diperjualbelikan. Yufrida dilaporkan meninggal di Malaysia akibat gantung diri. Setelah dilaporkan meninggal, jasad korban dikirim Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur ke Kupang melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Diduga, semua organ tubuhnya dicuri untuk diperjualbelikan. Yufrida dilaporkan meninggal di Malaysia akibat gantung diri. Setelah dilaporkan meninggal, jasad korban dikirim Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur ke Kupang melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Ayah korban, Melitus Selan, menyatakan, sebelum mendapat kabar tentang kematian putrinya, korban sempat menghilang sejak 2 September 2015.
"Kami sempat mencari. Namun, karena kurang uang, kami pasrah," katanya kepada wartawan, Minggu, 17 Juli 2016.
Karena itu, keluarga mencurigai dokumen anaknya telah dipalsukan. Melitus mengatakan bahwa pertama kali mendapat kabar kematian putrinya pada Senin (13/07/2016) lalu.
“Senin kemarin saya mendapat telepon dari seseorang yang mengaku sebagai petugas BP3TKI NTT,” ujarnya, Minggu (17/07/2016).
“Kami sempat mencarinya, namun karena kurang uang, makanya kami pasrah,” katanya kepada wartawan, Minggu, 17 Juli 2016.
Beberapa hari kemudian, jasad Yufrinda tiba di kediamannya di Desa Tupan, NTT.
"Ada yang tidak beres dengan dokumen anak saya," ucapnya.
Lantaran merasa janggal dan curiga, ia beserta keluarga meminta polisi untuk membuka peti mati berisikan anaknya tersebut.
“Keluarga minta polisi buka peti dan saat itu kami baru mengetahui bahwa di tubuh anak saya penuh dengan luka jahit dari bagian leher, belahan dada sampai pangkal paha.”
Melihat ada yang tak beres, polisi kemudian membawa jasad Yufrida ke Rumah Sakit Umum Daerah Soe guna dilakukan visum.
Sementara itu, paman korban Melkianus Musu meminta agar BP3TKI tidak menutupi kebenaran.
“Kami minta kepala BP3TKI tidak menutup-nutupi kronologi kematian anak kami.”
Melkianus menduga bahwa ada yang salah dalam proses pengiriman TKW.
“Kami duga demikian, banyak dokumen yang mungkin dipalsukan oleh perekrut BMI Perempuan di Kupang.”
Kecurigaan tersebut beralasan sebab alamat pengiriman jasad Yufrinda berbeda dengan data yang tecantum di Paspor dan KTP.
“Kami minta kepala BP3TKI NTT bertanggung jawab dalam persoalan ini,” pungkasnya.
“Kami minta kepala BP3TKI NTT bertanggung jawab dalam persoalan ini,” pungkasnya.
Ayah korban, Melitus Selan mengaku sebelum mendapat kabar tentang kematian putrinya, diketahui korban sempat menghilang sejak 2 September 2015 lalu.
Menanggapi hal tersebut Joni Makh, petugas BP3TKI yang mengantar jenazah korban mengatakan bahwa pihaknya hanya bertugas untuk membantu memfasilitasi.
“Kami hanya membantu. Perlu diketahui bahwa sesuai informasi yang kami peroleh dari KBRI di Kuala Lumpur bahwa yang bersangkutan adalah warga Camplong dengan nama Melinda Sapay. Jadi kami hanya memfasilitasi saja agar jenazah bisa diterima kembali oleh keluarga yang berhak” jelasnya kepada keluarga korban.