Cerpen BMI Hong Kong
![]() |
Saat gadis itu sudah dewasa, sang nenek mengeluarkan uang simpanannya untuk kerja merantau di tanah seberang.
Dari dalam terdengar suara nenek memanggil-manggil, "Ndhuk ndhuk,,, neng endi kowe ndhuk?" (Dimana kamu nak), teriak Simbah parau.
"Sinduk mau bicara, sini ger... (sini nak)", panggilnya kepada cucu perempuannya yang mau merantau itu.
Tak lama munculah gadis mungil dari dalam bilik dengan wajah lesu, "
Ada apa simbah".
"Sini nakk, simbah mau bicara..", kata sang nenek mengajak sang cucu duduk disampingnya.
"Begini nak, simbah punya simpanan uang ini kamu tau tidak? tanyanya kepada sang cucu.
"Tidak tahu mbah?" jawab gadis kecil itu.
"Gini nak, uang ini simbah simpan rapi buat nyediain kamu nak", si nenek coba menjelaskan maksudnya.
Dengan mata melotot gadis kecil itu kaget. Dalam hati dia bertanya kenapa simbah nyediain uang buat dirinya.
Tapi gadis kecil itu menyibak rambutnya dengan tangan kananya. Wajah gadis itu mencoba tersenyum karena ia nggak ingin membuat simbahnya kecewa. Dengan rasa penasaran ia segera bertanya,
"Untuk apa simbah uang itu? Kenapa harus diberi untukku? Bukankah masih ada adik?".
Simbah lalu mendekap gadis itu dan dengan terbata-bata simbah bicara perlahan, "Begini nak, uang ini simbah sediakan buatmu untuk pergi kerja di luar Negri, untuk masa depanmu. Simbah sudah tua dan ingin melihatmu juga adik-adikmu bahagia".
"Setelah ibumu meninggal, simbah sibuk ngumpulin uang. Takutnya simbah tidak panjang umur", tambah simbah menjelaskan.
Perasaan gadis itu menjadi sangat gundah. Kaget bukan kepalang namun dia segera mengusir perasaan kalutnya. Gadis itu berusaha menyembunyikan perasaannya dan tidak ingin diketahui simbah.
Hancur perasaanya saat itu, "Och... iya mbah saya mau".
Dalam benaknya gadis itu menghayal dapat uang banyak karena bekerja di luar negeri.
Dan waktupun kembali kesaat ini, setelah waktu terus berjalan, gadis kecil itu kini duduk terpaku harus menerima kepahitan hidup. Bukannya kesuksesan yang dia dapat tapi di-phk majikan. Diusianya yang masih muda, gadis itu terpaksa harus bekerja keras sebagai buruh migran melayani perintah majikannya.
Gadis itu kembali menangis dalam hati, dia teringat saat di kampung. Dia merasa masih ingin bermanja-manja bersama kakek neneknya. Aku terpaksa harus bekerja tanpa jaminan perlindungan apapun dan sekarang diinterminit.
"Aku terpaksa harus kembali pulang kampung tapi aku tidak bisa lagi bertemu dengan simbahku. Nenek sudah sebulan pergi menghadap yang Kuasa dan hanya kesedihan yang tersisa", guman gadis kecil itu dalam hati.
Terlihat gadis kecil itu menarik nafas panjang dan mencoba tegar menghadapi apa yang terjadi. "Aku harus kuat demi masa depanku sendiri", tekat gadis kecil itu menguatkan hatinya.
Gadis kecil itu masih menyimpan sisa harapannya. Dia ingin meneruskan proses menjadi buruh migran di luar negeri. Kegundahannya bertambah ketika didengarnya PT yang mengirimkannnya dulu sudah tutup. Dari media sosial dia makin resah lagi karena ada isu semua BMI di luar negeri mau ditarik pulang untuk dikirim jadi transmigran. Dia bingung dan tampak semakin resah saja.
Gadis kecil itu tersentak kaget karena tiba-tiba dari balik pintu muncul sahabat kecilnya "Ana".
"Hai, lagi nglamun ya...?, sapa Ana menyentuh pundak gadis kecil itu.
"Eng... eng... enggak An, in... ini... lagi benarin tali sepatuku, jawab gadis kecil itu coba menghilangkan rasa kagetnya.
"Aku mau joging", tambahnya untuk menghilangkan lamunannya.
"Tapi tadi kulihat kau sedang ngelamun?", respon sahabatnya.
"Ah... sudahlah", jawab gadis itu lagi menarik temannya untuk segera beranjak ke taman di kompleks tempat agensinya.
Sore itu terlihat gadis kecil itu berlari-lari kecil menghilangkan kegundahannya di taman kota. Gadis kecil itu sepertinya masih terus gelisah memikirkan pertanyaan yang tak pernah berhenti berdenging menggangu harapannya, "Akankah aku berhasil untuk hidupku kedepan? Kebahagianku sudah terampas, masa kecilku hilang dan kini aku harus menanggung beban hidup dua adiknya yang masih kecil. Tanpa orang tua dan kakek-nenek. Kuatkah aku sendiri menghadapi ini semua?".
Ditulis oleh : Aliva Dewi, BMI Hong Kong, anggota KOBUMI
COMMENTS